Ahad, 7 Ogos 2011

Amalan Bergantung Pada Niat

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada paras rupa, tidak kepada nasab keturunan dan harta kekayaan kamu, sebaliknya Allah melihat kepada hati kamu”.

“Allah tidak melihat ” bermaksud Allah tidak membuat keputusan tentang kedudukan seseorang samada di syurga atau neraka berdasarkan kepada paras rupa, keturunan dan harta yang dimiliki seseorang.

Paras rupa yang cantik atau tidak adalah ujian Allah semata-mata kerana Allah ingin melihat bagaimana kita menggunakannya dalam perbuatan dan pergaulan dan semuanya diberi markah.

Allah menciptakan pelbagai bangsa dan keturunan hanya untuk memperlihatkan kekuasaannya. Tetapi Allah tidak melihat keturunan seseorang dalam membuat keputusan syurga dan neraka. Dalam sebuah hadith disebut, sesiapa yang tercicir amalannya, nasab keturunannya tidak boleh membawanya ke hadapan (melepasi titian Sirat)

Rasulullah s.a.w bersabda “Sesiapa yang melambatkan amalan, keturunannya tidak akan bersegera untuknya.” (Hadis Riwayat Muslim)

Begitu juga harta yang dimiliki, Allah hanya ingin melihat daripada mana kita mendapatkan harta itu (samada daripada sumber yang halal atau haram) dan ke mana ia dibelanjakan. Ada orang yang mendapat rezeki yang daripada sumber yang haram dan mengatakan “nak buat macam mana dah memang rezeki saya”. Sememangnya Ahli Sunnah Wal Jamaah berpendapat semua rezeki samada halal atau haram adalah daripada Allah, namun rezeki yang haram akan diambilkira dalam perhitungan Allah nanti. Dari Abi Barzah al-Aslami r.a., dari Nabi s.a.w, sabdanya:

“Tidak berganjak kedua kaki seseorang dari tempat berdirinya di mahkamah Tuhan pada hari qiamat sehingga ia disoal tentang umurnya pada perkara apakah ia habiskan dan tentang ilmunya untuk apakah ia gunakan dan tentang harta bendanya dari manakah ia dapati dan pada perkara apakah ia belanjakan dan juga tentang tubuh badannya pada perkara apakah ia susutkan kemudaan dan kecergasannya?”

“Allah melihat kepada hati” bermaksud Allah melihat kepada keimanan dan keikhlasan sesorang dalam melakukan amalan. Hati hendaklah baik dan ikhlas samada dalam hubungan dengan Allah juga dalam hubungan sesama manusia. Bahkan manusia tidak akan menerima persahabatan yang tidak ikhlas, misalnya persahabatan hanya untuk sesuatu kepentingan. Ulama dahulu mengajar kita menyebut “Sengaja aku sembahyang kerana Allah” supaya kita mengikhlaskan atau melakukan sembahyang secara sukarela, daripada kehendak hati dan bukannya kerana paksaan.

Ada orang mengatakan “Aku ni luar saja jahat tapi dalam (hati) baik” dan “walaupun saya tidak bertudung (menutup aurat), tapi hati saya baik“. Sebenarnya kalau dalaman (hati) baik, maka luaran (amalan, perangai dan pakaian) pun baik kerana setiap amalan itu lahir dari hati.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Ketahuilah, bahawa di dalam diri anak Adam itu ada seketul daging, yang bila ianya baik maka baik seseorang itu, dan apabila buruk, buruklah amalan seseorang itu, ketahuilah, ia adalah hati” (Riwayat Muslim)


Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul.

Dan kalau sebenarnya mereka itu tetap beriman dan bertaqwa (nescaya mereka akan mendapat pahala); sesungguhnya pahala dari sisi Allah itu adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Al-Baqarah 2:103)

Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa; (Al-Baqarah 2:2)

♥ "Rebutlah Gelar Wanita Sholehah" ♥

Pertama-tama mesti engkau sedari, bahawa sesungguhnya aku tak akan menilai kecantikan wajahmu dibalik jilbab yang engkau kenakan, serta harta yang kau miliki sebagai daya tarik untuk menikahimu. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatanmu kepada Dienul Islam itu yang utama. Memang hal ini sangat musykil di zaman yang telah penuh dengan noda-noda hitam akibat perbuatan manusia, sehingga wanita-wanitanya sudah tidak malu lagi untuk menjual kecantikannya dan berlumba-lumba memperlihatkan aurat dengan sebebas-bebasnya demi memuaskan hawa nafsu jahatnya. Namun itulah yang diajarkan Rasulullah Sallallahu 'alahi Wasallam , kepada kita melalui haditsnya :

“Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita
karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan
dan merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar agamanya. Sesungguhnya budak hitam legam kulitnya tetapi agamanya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan“. (HR. Bukhori)

Dan Allah pun tak akan melihat kebagusan wajah dan bentuk jasadmu. Tapi Dia menilai hati dan amal yang kau lakukan. Hendaknya engkau yakin bahwa wanita-wanita salafusshaleh adalah ikutanmu, yang telah mendapat bimbingan dari Rasulullah Sallallahu 'alahi Wasallam.

Contohlah Ummu Khomsa yang tersenyum gembira mendengar anak-anaknya gugur dalam medan pertempuran. Tentunya engkau hairan, mengapa seorang
ibu seperti itu ? jawabnya adalah karena ia yakin bahwa jannah telah menanti anaknya di akhirat, sedangkan engkau tahu, tak seorangpun yang tidak menginginkan akhir hidup di tempat yang penuh kenikmatan itu.

Katakanlah kepada anak-anakmu kelak :

…janganlah engkau bimbang dan ragu wahai anakku, kalau kamu syahid
daripada sibuk mengumpulkan harta dan memburu pangkat. Maka kalau kamu ingin termasuk ke dalam golongan-golongan pejuang ISLAM yang benar-benar memperjuangkan hak Allah dan Rasul-Nya. Serahkan dirimu dan ketaqwaan yang kuat dan tanamkan pula dalam hatimu iman serta keinginan untuk menemuin-Nya secara syahid. Bayangkanlah bahwa jannah sedang menanti, bersama para bidadari yang sedang berhias menanti kekasih-kekasihnya, yaitu kamu sendiri.

Seperti Firman Allah :

“Dan didalam Jannah itu ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik” (QS 56 : 22-23)

Ajarkanlah pada anak-anak kita kelak, bahwa hidup dalam ISLAM tidak bererti mencari kenikmatan semua di dunia ini sehingga mereka bersenang-senang didalamnya dan lupa akan Akhirat. Padahal Rasulullah mengajarkan “ Addunya mazra’atul akhiroh (Dunia adalah ladangnya akhirat). Jadi dunia bukan tujuan akhir, tapi hanya sekedar jambatan untuk menuju kehidupan akhirat yang lebih baik dan kekal sehingga mereka mengerti bahwa mencari keridhoan Allah bererti pengorbanan yang terus menerus, Seperti Firman-Nya :

“ Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya kerana mencari keredaan Allah semata-mata; dan Allah pula Amat belas-kasihan akan hamba-hambanya”. (QS. Al Baqarah : 207)

Akhirnya merekapun tahu bahwa jalan yang mereka pilih itu tidak menjanjikan harta di dunia ini yang banyak, rumah mewah, kenderaan yang banyak, atau katil-katil yang empuk, pangkat dan wanita, tapi jalan mereka semua adalah jalan yang penuh dengan duri-duri cubaan serta seribu batu macam tentangan. Karena Allah tidak akan memberi Jannah kepada kita dengan harga yang murah.

Berdo’alah kepada-Nya agar engkau lahirkan kelak dari rahimmu seorang anak pewaris perjuangan nabi-nabi-Nya yang senantiasa mereka mendo’akan kita. Didiklah mereka agar taat dan berbuat baik kepada kita serta tidak menyekutukan Allah, seperti yang diwasiatkan Luqman kepada anak-anaknya (31:31).

Fahamkan mereka bahwa pewaris perjuangan Rasul dan Nabi bukanlah bererti mereka hanya menjadi pejuang di medan jihad, tapi juga seorang abid (zuhud) di malam hari. Anak kita kelak adalah amanah dari-Nya oleh sebab itu Allah akan murka seandainya kita menyia-nyiakannya. Pembentukan peribadi anak itu sangat bergantung kepada kita yang mendidiknya. Apakah ia akan menjadi orang yang beriman atau sebaliknya. Hendaklah engkau perhatikan makanan untuk mereka, pergaulannya serta pilihkan pendidikan yang mereka ikuti.

Jadilah engkau seperti Siti Maryam yang dapat mendidik Isa a.s.
di tengah-tengah cemuhan dan cacian masyarakat. Atau Siti Asiyah (istri fir’aun) yang dapat memupuk keimanan Musa a.s. di dalam istana yang penuh dengan kedurhakaan dan kekufuran. Kemudian Masyitah yang mampu memantapkan hati anak-anaknya walaupun harus menghadapi air yang mendidih demi kebenaran. Atau deperti Siti Khadijah R.ha. Aisyah R.ha, Sayidina Fatimah R.ha yang membesarkan anak-anaknya di tengah-tengah kemiskinan.

Bila engkau telah memahami tugas terhadap anak-anakmu dalam Islam,
maka mudah-mudahan Allah akan memberkhahi kalian dengan memberikan anak-anak yang sholeh, yang bersedia mengorbankan nyawanya demi mematuhi perintah Allah, seharusnyalah engkau faham juga bahwa dunia ini adalah perhiasan dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.

Dan salah satu ciri yang harus engkau miliki jika ingin menjadi wanita sholehah dan bersedia untuk taat terhadap suamimu kelak seperti Firman-Nya dalam surat An-Nisaa :34 bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi wanita dan istri yang baik adalah mereka yang setia (taat) kepada suami dan selalu memelihara kehormatannya selama suaminya tidak ada di rumah.

Hendaklah engkau berbeza dengan wanita-wanita saat ini yang banyak melalaikan suami dan anak-anaknya, mereka lebih sibuk dengan kerja, dan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna, serta cenderung mempamerkan wajah dan aurat kepada yang bukan muhrimnya. Carilah ridha suami dengan cara-cara yang telah disyariatkan Islam, karena Rasulullah telah bersabda :

“Wahai Siti Fatimah, kalau engkau mati dalam keadaan
Ali tidak ridha padamu, niscaya aku ayahandamu tidak akan menyolatkanmu“.

Jadilah engkau perhiasan yang tinggi nilainya di dalam rumah tangga, sumber penyejuk dan kebahagiaan hati suami, berhiaslah engkau untuk menyenangkan suami, jagalah hatinya agar engkau tak menyakiti dia. Walaupun dengan hal-hal yang kecil. Katakan kepadaku jika akan berangkat mencari nafkah :

“Wahai suamiku carilah rezeki yang halal disisi Allah, janganlah engkau pulang membawa rezeki yang haram untuk kami. Kami rela berlapar dan hidup susah dengan makanan yang halal.”

Dan janganlah engkau cegah, jika aku hendak meninggalkanmu berhari-hari karena memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Tabahlah seperti tabahnya Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan Ibrahim a.s. ditengah padang pasir yang tandus. Jika aku mengikuti jejak yasir, maka ikutilah di belakangku sebagai sumayyah, bila kukatakan kepadamu “perjuangan itu pahit” maka jawablah olehmu “Jannah itu Manis”

Sudah kiranya yang ingin aku sampaikan padamu, hendaklah engkau pahami
dan ikuti seperti yang telah aku tunjukkan kepadamu tapi harus diingat bahwa engkau melakukannya karena Allah bukan karena aku, semoga Allah meridhoi
kita dan memberi kemudahan dalam mengikuti petunjuknya ...

Sabtu, 6 Ogos 2011

✿`*•.¸❤ ISI HATI SEORANG PEMUDA ❤¸.•*✿

Kami sulit menahan pandangan mata kami ketika melihat kalian, apalagi jika kalian diamanahkan ALLAH kecantikan dan bentuk yang ideal, kami semakin susah untuk menolak agar tidak melihat kalian, kerana itu lebarkanlah pakaian kalian, dan tutupilah rambut hingga ke dada kalian dengan tudung yang labuh.

Kami juga sulit menahan pendengaran kami ketika berbicara dengan kalian, apatah lagi jika kalian diamanahkan oleh ALLAH suara yang merdu dengan irama yang mendayu, karena itu tegaskanlah suara kalian, dan berbicaralah seperlunya.

Kami juga sulit menahan bayangan-bayangan hati kalian, ketika kalian dapat menjadi tempat mencurahkan isi hati kami, waktu luang kami akan sering terisi oleh bayangan-bayangan kalian, karena itu janganlah kalian membiarkan kami menjadi curahan hati bagi kalian.

Kami tahu kami paling lemah bila harus berhadapan dengan kalian, Kekerasan hati kami dengan mudah bisa luluh hanya dengan senyum kalian, Hati kami akan bergetar ketika mendengar kalian menangis, Sungguh ALLAH telah memberikan amanah terindah kepada kalian, maka jagalah jangan sampai ALLAH murka dan memberikan keputusan.

Maha Besar ALLAH yang tahu akan kelemahan hati kami, hanya dengan ikatan yang suci dan yang diridhoi-Nya kalian akan halal bagi kami.

“Lalu apa yang telah aku lakukan selama ini…
Ya Robb…tolong ampuni aku…
untuk setiap pandangan yang tak terjaga,
lisan yang merayu dan hati yang tak terhijab…

Ya Rabb…Engkau mengawasi kami tiap detik,
karena kasih sayangMu kepada kami
engkau perintahkan malaikat silih berganti menemani kami siang dan malam…”

❤✿•*¨*•.¸¸ AKU HANYA AN-NISSA'¸.•*¨*•❤✿

Ya Allah..
Jadikan aku tabah seperti Ummu Khadijah
Sehingga dirinya digelar afifah solehah
Dialah wanita pertama
Tiada ragu mengucap syahadah
Pengorbanan bersama Rasulullah
Susah senang bersama
Walau hilang harta kerana berdakwah
Walau dipulau 3 tahun 3 bulan
Imannya sedikit pun tak berubah
Mampukah aku setabah dirinya?
Andai diuji sedikit sudah rebah..
Baru dihina sudah mengalah
Ya Allah..tabahkan aku sepertinya..

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Fatimah Az-Zahrah
Betapa tinggi kasihnya pada ayahandanya
Tidak pernah putus asa pada perjuangan dakwah baginda
Anak yang semulia peribadi baginda
Tangannya lah yang membersihkan luka
Tangannya jua yang membersihkan cela
Pada jasad Rasulullah tercinta
Gagahnya dirinya pada dugaan
Mampukah aku sekuat Fatimah?
Saat diri terluka dendam pula menyapa
Saat disakiti maki pula mengganti
Ya Rabbi..teguhkan hatiku sepertinya..

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Jadikan aku sehebat Masyitah dan Sumaiyah
Tukang sisir yang beriman
dan Keluarga Yasir yang bertakwa
Sungguh kesabaran mereka menggoncang dunia
Iman tetap terpelihara walau nyawa jadi taruhan
Mampukah sabarku seperti mereka?
Tatkala digoda nafsu dunia..
Entah mana hilangnya Iman di dada

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Rahman..
Kuatkan Imanku seperti Masyitah
Terjun penuh yakin bersama bayi ke kuali mendidih
Kerana yakin Allah pasti disisi
Sabarkan aku seperti sumaiyah
Biar tombak menusuk jasad..
Iman sedikit pun takkan rapuh.

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Jadikan aku semulia Ummu Sulaim
Perkahwinannya dengan Abu Talhah atas mahar Iman
Islamlah Abu Talhah sehingga menjadi sahabat Rasulullah
Betapa hebatnya tarbiyyah isteri pada suami
Hinggakan segala panahan ke Rasulullah pada hari uhud
Disambut dengan belakang jasad Abu Talhah

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Tarbiyyahkan aku pada cinta sepertinya
Tingginya nilai cinta pada harga Iman
Mampukah aku menatap cinta itu?
Sedangkan rupa yang menjadi pilihan
Ketulusan Iman diketepikan
Ya Allah..
Ilhamkan aku pada cinta sepertinya..

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah...
Jadikan aku sehebat Aisya Humaira
Isteri termuda Rasulullah
Biar dilempar fitnah
Dia tetap teguh pada ketetapanNya
Isteri sejati yang memangku Nabi
Pada saat terakhir baginda
Hadis dan Sunnah Rasulullah dipertahankan
Betapa hatimu seorang mujahidah

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Mampukah aku contohi dirinya?
Pada fitnah yang melanda
Diri mula goyah dan putus asa
Teguhkan Imanku sepertinya..Ya Rahim..

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Teringat diri pada Khansa
Empat orang anaknya mati di Jalan ALLAH
Dia meratap tangis..
Anak sulungnya syahid
Anak keduanya turut syahid
Anak ketiganya dan keempat jua mati syahid
Namun tangisan itu bukan kerana pemergian anak tercinta
Jawabnya kerana tiada lagi anak yang dihantar untuk berjihad

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Ya Allah..
Mampukah aku menjadi ibu yang berjihad?
Sedang anak tak tutup aurat pun masih tak terjawab
Sedang anak tinggal solat pun buat tak kisah
Berikan aku kekuatan sepertinya..
Agar bersedia pada akhirat.

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Wahai kaum Adam yang bergelar khalifah..
Diriku bukan setabah Ummu Khadijah
Bukan jua semulia Fatimah Az-Zahrah
Apa lagi sesabar Masyitah dan Sumaiyah
Mahupun sehebat Ummu Sulaim
Dan tidak seteguh Aisya Humaira
Kerana diri cuma An-Nisaa akhir zaman
Dimana Aurat semakin dibuka terdedah
Dimana syahadah hanya pada nama
Dimana Dunia yang terus dipuja
Dimana nafsu fana menjadi santapan utama
Dimana batas sentiasa dileraikan
Dimana ukhwah sentiasa dipinggirkan

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Wahai Kaum Hawa
Kita cuma An-Nisaa
Para pendosa yang terbanyak di neraka
Lantas walau tak setabah para Mujahidah
Namun Tabahlah pada ketetapan Allah
Kerana padanya ada Syurga!
Walau tak semulia para wanita sirah
Tapi muliakan diri dengan agama yang memelihara
kerana padanya ada Pahala!
Walau tak sesabar para wanita solehah
Namun sabarkan jiwa pada nafsu dunia yang menyeksa
Kerana padanya ada bahagia!

ﷲ¸.•*¨*•♫*ღ☆ღ*¨*¤.¸¸.¸¸.¤*​¨*ღ☆ღ*♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ•

Sesungguhnya Hawa tercipta dari Tulang rusuk kaum Adam
Bukan untuk ditindas kerana lemah
Tapi untuk dilindungi kerana Indah
dan Indah apabila tertutup terpelihara
Kerana disitulah terjaganya Syahadah
Bak mekarnya wanita dalam sirah
Tuntunlah kami ke arah syurga..
Bicara dari An-Nisaa yang hina..
Makbulkan doaku..

Kisah wanita dan Rasulullah

Suatu hari ada wanita muslimah datang ke Pasar Bani Qainuqa’ untuk suatu keperluan yang ia perlukan. Ia menghampiri salah satu pedagang Yahu...